Di sebuah pusat keramaian kota, ada banyak iklan yang berukuran besar yang berdiri dengan megahnya. Dari berbagai iklan tersebut, terpampang seseorang sosok yang sukses, berhasil, kaya raya, cantik, tampan, serta tersirat senyuman yang penuh dengan kebahagiaan. Tidak peduli apakah itu iklan berupa iklan makanan, iklan kosmetik, atau iklan lainnya yang bermacam ragamnya. Yang terpenting, menampilkan sosok yang sesuai dan ideal yang menjadi pujaan saat ini. Sedangkan di bawahnya berdiri seorang anak kecil dengan pakaian kumuh berdiri dan menatap serta membayangkan kehidupannya saat dirinya besar kelak.


Dunia saat ini membuat potret kehidupan yang cukup kontras dari gambaran di atas. Bagi dunia, kehidupan yang baik, sukses, tampan, dan memiliki segalanya merupakan sebuah gambaran jati dirinya sebagai manusia. Dan semuanya itu sudah cukup untuk menggambarkan identitas dirinya. Tentunya bagi anak tadi, hal tersebut menjadi vonis baginya yang tidak mempunyai harapan dan gagal.

Dari semuanya itu, kita sudah dapat melihat keadaan dunia sekarang ini. Kita akan dipuja – puja, dihormati, dan dipandang sebagai manusia apabila kita pandai, berjasa, terkenal, cantik, tampan, mempunyai pengaruh yang besar, dan lainnya. Dan kita akan ditolak apabila kita sudah kalah dalam segalanya. Dunia hanya akan menerima jika kita sudah mampu untuk memenuhi persyaratan – persyaratan yang diberikan. Dan kita akan ditolak dan didepak, apabila kita tidak bisa memenuhi setiap persyaratan yang ada. Akhirnya, penolakan – penolakan tersebut akan terkubur sangat dalam dan selalu akan mengintimidasi kita setiap waktunya saat kita ingin melupakan setiap kepahitan yang pernah kita terima.

Namun, hanya ada satu kebenaran yang sungguh – sungguh teramat indah bagi kita, yang melampaui segala jalan yang penuh dengan dusta. Yaitu, sebuah kenyataan bahwa masih ada orang – orang disekitar kita yang mau mengasihi diri kita dengan apa adanya. Sebuah kasih yang melampaui segalanya, yang tidak dapat dibeli dengan apapun. Kita tidak perlu menggadaikan kehidupan kita hanya karena keinginan untuk mendapatkan jati diri yang dunia tawarkan kepada kita. Sebab sebuah jati diri yang diperoleh bukan karena kita baik, bukan karena kita gagal, dan bukan karena kita mempunyai segala – galanya. Tapi inilah sebuah jati diri yang kita dapat dari orang – orang yang mengasihi kita dengan tulus apa adanya. Kasih yang diberikan bukanlah kasih yang palsu, tapi kasih yang diberikan adalah kasih yang membangun diri kita dari sebuah keterpurukan, sebuah kasih yang memberikan arti hidup ini menjadi berharga dan sebuah kasih yang memberikan kebahagian yang tiada terkira indahnya yang belum tentu orang lain mendapatkannya.